Review Film Punk In LOve
Dalam ilmu komunikasi, komunikasi antar budaya sebenarnya menjadi tema yang cukup seksi untuk diperbincangkan. Dan film bisa menjadi salah satu media yang cukup efektif untuk menjadi saluran dari komunikasi jenis ini. Namun tidak semua film mampu menjadi jembatan komunikasi antar budaya. Salah satu dari film yang dapat menjadi jembatan adalah film Punk In Love, yang menurut saya telah mencoba menjembatani komunikasi komunitas punk yang merupakan minoritas dengan masyarakat umum yang merupakan mayoritas. Karena itulah, film Punk In Love merupakan film yang menurut saya cukup pantas masuk ke dalam daftar film yang harus ditonton.
Film yang mengisahkan tentang kehidupan jalanan anak punk ini memang unik. Pasalnya, ditengah kebrandalan dalam tema dan latar belakang tokohnya, masih terselip komedi dan romantisme di dalam film ini. Bahkan, ada beberapa teman saya yang berpendapat bahwa film ini justru lebih menonjolkan komedi dan romantisnya dibanding dengan makna punk itu sendiri. Namun walaupun begitu, saya masih memberikan kredit terhadap cerita punk yang coba dibangun oleh sutradara Ody C. Harahap ini. Cukup menghibur bagi saya, dan membuat teman-teman saya juga terpingkal-pingkal saat melihat film ini.
Punk In Love (PIL) produksi dari Raam Punjabi dan MVP pictures ini mengisahkan tentang 4 orang jalanan yang merupakan sahabat kental di kota Malang. Mereka adalah Arok ( Vino G. Bastian), Yoji ( Andhika Pratama ), Almira ( Aulia Sarah ), dan juga Mojo ( Yogi Firnanda ). Cerita bermula saat Arok berniat untuk bunuh diri karena ditinggal pujaan hatinya untuk pergi ke Jakarta dan tiba-tiba mendapat undangan pernikahan dari wanita itu. Lalu kemudian teman-temannya menyadarkan dia agar sadar dan mau memperjuangkan cintanya dengan menyusul ke Jakarta. Akhirnya mereka berempat melakukan perjalanan nekat dan tanpa rencana menuju Jakarta untuk menemui Maia ( Girindra Kara ), sang pujaan hati dari Arok.
Perjalanan penuh liku pun mereka lakukan, mulai dari tersesat sampai Bromo, ziarah ke Blitar, kebanjiran di Semarang, dan berbagai kisah unik dan lucu lainnya. Di saat mereka sudah semakin dekat dengan tujuan, di daerah Cirebon, tiba-tiba kaki dari Mojo terluka dan terkena infeksi. Luka itu sangat serius dan bisa membuat Mojo terbunuh jika tak segera ditangani. Akan tetapi, ternyata Rumah Sakit terdekat enggan untuk menolong mereka! Lalu bagaimana akhir dari kisah ini? Akankah Mojo berhasil selamat? Apakah Arok akan dapat bertemu dengan Maia pujaan hatinya? Tonton saja sendiri film itu dengan DVD atau VCD asli. Jangan yang bajakan yaw….
Yang perlu digarisbawahi disini adalah peran dari masing-masing cast disini sungguh menarik. Dua bintang utama di sini menurut saya adalah Andika Pratama dan Vino G. Sebastian. Vino yang merupakan langganan untuk film bergenre seperti ini, tentu sudah tidak asing lagi untuk kita. Film-film terdahulu yang dibintanginya macam REALITA CINTA DAN ROCK N ROLL, dan juga RADIT DAN JANI sudah sedikit mengangkat tentang kehidupan berandalan dan cukup sukses di pasaran. Dan seperti biasa, tubuh machonya masih menjadi bahan jualan yang menguntungkan di sini. Lalu bagaimana dengan Andika Pratama? Sejauh yang saya tahu, film-film yang dibintanginya jarang mempunyai genre seperti ini. Bahkan di film-filmnya sebelumnya, dia lebih banyak berperan sebagai seorang cowok dingin dan keren yang lebih serius. Namun di film ini dia menjadi karakter yang sangat berbeda. Seorang punker kocak dan gokil yang suka dengan musik dangdut. Dia menjadi salah satu penyegar utama dalam film ini. Salut buat dia.
Jadi, menurut saya secara keseluruhan film ini cukup bagus untuk saya rekomendasikan bagi teman-teman lain untuk menontonnya. Tentu saja sebagai mahasiswa komunikasi, saya juga cukup melihat ada beberapa spek komunikasi yang terdapat di dalam film ini. Apakah itu? Well, just see this movie guys.
0 komentar:
Posting Komentar